Rabu, 06 Agustus 2008

Tidak Sekedar Panggung Sandiwara

Dunia selebriti ternyata tidak hanya di panggung sandiwara dan suara. Keberadaan mereka mulai diperhitungkan dalam panggung politik. Popularitas mereka ternyata mampu mendongkrak suara partai politik pengusungnya. Beberapa Pilkada belakangan ini menunjukkan fenomena tersebut. Sebenarnya fenomena ini tidak hanya di Indonesia, namun, negara yang katanya corong demokrasi dunia, Amerika Serikat pun hal serupa juga terjadi. Partai Republik dengan Ronald Reagan sebagai Presiden era 80an dan Arnold Schwasneiger yang menjadi Gubernur di California, notabene adalah mantan selebriti. Bahkan yang terbaru, Barack Obama dari Demokrat menggunakan “jasa” Ratu Talkshow Oprah Winfrey sebagai jurkam andalannya.
Keterlibatan selebriti dalam panggung politik mungkin pertanda baik bagi iklim demokrasi yang juga dimanfaatkan dengan baik oleh parpol. Namun, ada beberapa aspek yang tidak boleh diabaikan oleh parpol yang melibatkan selebriti dalam aktivotas politiknya. Diantaranya adalah pendidikan politik bagi masyarakat. Mendukung selebriti untuk maju dalam Pilkada seharusnya memperhatikan kapasitas dan kapabilitas personalnya. Selebriti jangan hanya dijadikan vote gather saja. Harus ada tanggung jawab politik, sosial dan moral bagai parpol pengusung dan selebriti yang terlibat dalam politik untuk mencerdaskan masyarakat.
Agar demokrasi tidak terbatas pada aspek prosedural saja, namun juga berkembang ke arah substansial. Sudah seharusnya popularitas yang dimiliki selebriti dimanfaatkan untuk mendekati rakyat dan menyuarakan kebijakan dan sosialisasi nilai kebaikan.
Kini beberapa selebriti sudah sukses dalam pentas Pilkada, sebut saja Rano Karno dan Dede Yusuf. Sementara Helmi Yahya tengah bersiap-siap bertarung dalam Pilkada Sumsel. Dan yang cukup mengejutkan saya, munculnya nama-nama seperti Dewi Persik di Bogor Syaiful Jamil di salah satu daerah di Banten dan Primus Yustisio di Karawang yang kemungkinan diusung sebagai calon dalam Pilkada. Walaupun belum tentu maju, hal ini cukup mengherankan saya. Memang mereka punya hak. Tapi sudah seharusnya Parpol tidak hanya memandang popularitas saja. Aspek kapasitas dan kapabilitas harus jadi acuan utama. Dan memang tidak ada juga jaminan orang yang pintar bisa berhasil memimpin. Dan pada akhirnya keberhasilan kepemimpinan baru akan teruji jika mereka sudah memimpin. Wallahu’alam.......